Jumat, 18 November 2011

14 Cara mengurangi Global Warming

Ada bermacam cara memperlambat dampak pemanasan global, cara-cara tersebut umumnya mudah dan sederhana. Tetapi kurang dilakukan secara serius oleh kebanyakan orang. Padahal pemanasan global adalah masalah yang serius. Suhu Bumi yang terus meningkat akan ber efek panjangnya musim kering atau kemarau. Mencairnya gunungan es di kutub. Naiknya permukaan air laut. Dan sulitnya mencari sumber mata air. Kalau sudah begitu siapa coba yang tanggung jawab? Berhubung Masih belum terlalu parah efeknya, mari kita lakukan 14 langkah perubahan menuju hidup yang lebih baik, berkualitas  dan ramah lingkungan.
1. Batasi Penggunanaan kertas

Tanamkan di pikiran anda kuat-kuat, bahwa setiap anda menggunakan selembar kertas maka anda telah menebang sebatang pohon. Oleh karena itu gunakan kertas se-efektif mungkin misalnya dengan mencetak print out bolak-balik pada setiap kertas. Bila anda 
nge-print sesuatu yang tidak terlalu penting, gunakanlah kertas bekas yang dibaliknya masih kosong.
2. Ganti bola lampu.

Segera ganti bola lampu pijar anda dengan lampu neon. Lampu neon ini membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding lampu pijar. Ingat setiap daya daya listrik yang anda pakai maka anda turut serta menghabiskan sumber daya energi listrik yang kebanyakan berbahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tak terbarukan, dan dalam jangka sepuluh tahun ke depan mungkin bahan bakar jenis ini akan habis.
3. Hindari Screen Saver

Shut down Komputer anda jika tidak akan digunakan dalam jangka lama, atau jika anda terpaksa meninggalkan komputer dalam keadaan menyala, matikan 
screen saver. Mengaktifkan screen saver akan memakan energi dan mengeluarkan emisi Co2. Jadi matikan screen saver anda sekarang!
4. Periksa tekanan ban

Setiap anda ingin bepergian janagn lupa memeriksa tekanan ban kendaraan anda. ban yang kurang angin akan memperlambat laju kendaraan dan akhirnya akan membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak.
5. Buka jendela lebar-lebar

Di  Amerika , sebagian besar dari 22,7 ton emisi CO2 berasal dari rumah. Kebanyakan emisi atau gas buang tersebut berasal dari AC, kulkas, kompor gas atau refrigerator. Unutk meminimalkannya ketika dapat mengatur termostat AC dengan suhu udara di luar ruangan. Kemudian bukalah jendela lebar-lebar karena sirkulasi udara yang terjebak dapat  mengkonsumsi energi.
6. Gunakan pupuk organik.

Pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen,  yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada CO2. Jika anda hobi berkebun gunakanlah pupuk organik. Disamping aman, murah pula.
7. Tanamlah rumpun bambu

Pepohonan memang terbukti mampu menyerap CO2, tetapi ternyata pohon atau rumpun bambu mampu menyerap CO2 empat kali lebih banyak dari pohon-pohon lain.

8. Naik kendaraan umum

Saat ini jumlah kendaraan pribadi sudah teramat banyak dan bikin sumpek. Sector transportasi menyumbang sampai 14 %  emisi gas rumah kaca ke atmosfer, jika kita menggunakan kendaran umum maka kita mengurangi emisi gas rumah kaca, karena dalam satu kendaraan umum bisa mengangkut puluhan orang, dan itu sangat hemat energi. Dibandingkan dengan kendaraan pribadi sperti sedan yang hanya mengangkut maksimal empat orang.
9. Kurangi makan daging sapi

Betul, kurangi dari sekarang memakan daging sapi. Selain megandung kalori y ang tinggi. Daging sapi juga menyumbang emisi gas rumah kaca yang cukup signifikan. Setiap kilogaram daging sapi yang kita makan, setara dengan menyalakan bola lampu 20 watt selama 20 hari.
10. Jangan pakai kantong plastik

Di beberapa Negara bagian Amerika, urusan kantong plastik bahkan sampai dibuat undang-undangnya segala. LSM peduli lingkungan mendorong pemerintah Negara setempat unutk melarang penggunaan kantong plastic sebagai kantong belanjaan. Plastik ini memang unsur yang sulit terurai, butuh 1000 tahun untuk mengurainya didalam tanah.

Efek Gas rumah kaca yang ditimbulkannya juga cukup besar. Maka beralihlah ke kantong kain, misal dari kain serat alami.
11. Membeli produk lokal

Produk lokal tentu tidak memerlukan jalur distribusi yang panjang dan membutuhkan banyak bahan bakar. Ini berarti mengurangi emisi CO2 yang dikeluarkan mobil-mobil pengangkutnya. Kemudian belilah produk sayuran atau buah-buahan sesuai musimnya. Ini akan menghemat biaya transportasi dan menghindari harga jual yang mahal.
12. Hidup efisien

Apapun aktifitas manusia di bumi akan berdampak pada bumi yang kita diami ini. Pola komsumsi energi, pola lingkungan dan sebagainya. Hiduplah seefisien mungkin, gunakan sedikit energi, komsumsilah sedikit makanan, tinggalkan pola hidup konsumtif, ramahlah terhadap lingkungan, sedikit bicara lebih banyak berpikir, dan sebagainya.
13. Mengemudi cerdas

Hindari perjalanan yang panjang dan menghabiskan waktu, bila mungkin memotong jalan lakukanlah. Kurangilah aktifitas yang menggunakan kendaraan pribadi. Jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, pilihlah jalan-jalan alternative yang bebas macet dan tidak mengkonsumsi energi. Bila anda menunggu, matikan mesin sebab gas buangan tetap keluar sementara bahan bahan bakar terpakai.
14. Pakai baju bekas

Sekarang bukan jamannya gengsi, toh kita mati tidak membawa gengsi. Tak perlu malu memakai baju bekas atau baju warisan orang tua. Dengan mengurangi membeli pakaian baru maka anda membantu mengurangi pemakaian listrik di pabrik pakaian.

Apalagi banyak bahan kain sintetis yang mengandung minyak bumi. Bahkan katun yang berasal dari kapas ternyata mengandung pestisida.






Jumat, 11 November 2011

Reboisasi Hutan Mangrove untuk Mengurangi Global Warming



Kerusakan hutan tropis yang terjadi di berbagai negara di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun dan bahkan dalam dua atau tiga decade yang akan datang diperkirakan akan mengalami ancaman kepunahan yang disebabkan karena penebangan liar (illegal logging), pengalihan fungsi lahan, eksploitasi hutan yang berlebihan, dan lain-lain. Sehingga pada awal tahun 1990-an para ahli lingkungan dari seluruh dunia mengadakan pertemuan  di Rio de Jenero, Brasil yang pada intinya membahas mengenai langkah dan strategi yang harus dilakukan untuk melestarikan alam termasuk juga upaya mengurangi laju kerusakan atau penyelamatan hutan tropis tersebut.


Di Indonesia, laju kerusakan hutan mencapai 2,8 juta hektar per tahun dari total luas hutan yaitu seluas 120 juta hektar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Dari total luas hutan tersebut, sekitar 57 sampai 60 juta hektar sudah mengalami degradasi dan kerusakan sehingga sekarang ini Indonesia hanya memiliki hutan yang dalam keadaan baik kira-kira seluas 50% dari total luas yang ada. Kondisi semacam ini apabila tidak disikapi dengan arif dan segera dilakukan upaya-upaya penyelamatan oleh pemerintah dan seluruh warga negara Indonesia maka dalam jangka waktu dua dasawarsa Indonesia akan sudah tidak memiliki hutan lagi (Mangrove Information Center, 2006).





Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia mencapai 25% dari total luas hutan mangrove di seluruh dunia (18 juta hektar) yaitu seluas 4.5 juta hektar atau sebanyak 3,8 % dari total luas hutan di Indonesia secara keseluruhan. Sedikitnya luas hutan mangrove ini mengakibatkan perhatian Pemerintah Indonesia terhadap hutan mangrove sangat sedikit juga, dibandingkan dengan hutan darat. Kondisi hutan mangrove juga mengalami kerusakan yang hampir sama dengan keadaan hutan-hutan lainnya di Indonesia (Mangrove Information Center, 2006).
Penebangan hutan baik hutan darat maupun hutan mangrove secara berlebihan tidak hanya mengakibatkan berkurangnnya daerah resapan air, abrasi, dan bencana alam seperti erosi dan banjir tetapi juga mengakibatkan hilangnya pusat sirkulasi dan pembentukan gas karbon dioksida (CO2) dan oksigen O2 yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya.

Kebanyakan orang (khususnya para pengusaha yang memperjualbelikan hasil kayu hutan, investor yang mengembangkan usahanya dengan menebang hutan dan digantikan dengan tanaman lainnya seperti kelapa sawit atau menggantinya denganusaha lain seperti tambak, dan oknum pejabat yang mengeluarkan izin untuk penebangan kayu di hutan) menutup mata dan sama sekali tidak merasa bersalah dan berdosa terhadap bencana-bencana alam yang sudah, sedang dan akan terjadi sehubungan dengan kegiatan yang mereka lakukan.
Miskinnya keperdulian dan kesadaran terhadap lingkungan bagi orang-orang tersebut harus ditingkatkan secara khusus di era yang sedang gencar-gencar membicarakan tentang global warming karena model pendidikan lingkungan yang biasanya dilakukan sudah tidak mampu lagi untuk menyadarkan manusia-manusia serakah tersebut yang cendrung mengkorbankan kepentingan orang banyak demi kepentingan pribadi dan keluarganya. Dapat diyakini bahwa orang tersebut memiliki kontribusi yang banyak terhadap global warming yang terjadi sekarang ini sehingga mereka sepantasnya mendapatkan ganjaran yang setimpat atas perbuatannya. Berani dan mampukah aparat penegak hukum di Indonesia untuk menindak tegas para oknum ini demi keselamatan dan keberlangsungan alam serta kepentingan dan kelangsungan hidup manusia di Indonesia dan dunia?
Fakta kerusakan hutan khususnya mangrove dapat dilihat dengan jelas di Bali. Pembabatan hutan mangrove secara besar-besaran mulai dari Desa Pesanggaran sampai dengan Desa Pemogan (perbatasan antara Kota Denpasar dan Kabupaten Badung) yang dilakukan sebelum tahun 1990an yang dilakukan oleh investor yang bergerak dalam bidang usaha tambak udang telah mengakibatkan berkurangnya luas area hutan mangrove secara drastis di wilayah tersebut. Pada awal perkembangannya tambak-tambak udang tersebut memang menguntungkan dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakt lokal. Tetapi, setelah beberapa tahun beroperasi, tambak-tambak tersebut mulai mengalami kerugian sehingga mengakibatkan kebangkrutan yang berujung pada penutupan usaha pertambakkan.

Hengkangnya para investor tambak udang tersebut meninggalkan bekas dan luka yang mendalam dan berkepanjangan bagi lingkungan di tempat tersebut sampai sekarang. Pohon mangrovepun tidak bisa tumbuh lagi khususnya di tempat-tempat pemberian makanan udang karena kerasnya bahan kimia yang dipakai untuk membersarkan udang secara instant. Sedangkan investor-investor tersebut sudah menghilang entah ke mana?
Menyikapi fenomena tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kehutanan mengeluarkan beberapa kebijakan (policy) yang diharapkan mampu menyelamatkan kekayaan alam berupa hutan tropis yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Salah satu kebijakannya adalah tentang upaya penyelamatan hutan mangrove yang selanjutnya pada tahun 1992 dibentuk Pusat Informasi Mangrove (Mangrove Information Center).
Mangrove Information Center (MIC) merupakan proyek kerjasama antara Pemerintah Indonesia melalui Proyek Pengembangan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari dan Pemerintah Jepang melalui Lembaga Kerjasama Internasional Pemerintah Jepang melalui Japan International Corporation Agency (JICA).
Proyek kerjasama ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahap pertama dimulai pada tahun 1992 dan berakhir tahun 1997. Pada tahapan ini, Pemerintah Jepang mengirim team untuk melakukan identifikasi hal-hal apa saja yang dibutuhkan dan dilakukan. Dari hasil identifikasi ini, dibentukalan team bersama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang dan selanjutnya sepakat untuk membangun Proyek Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari. Proyek ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengekplorasi teknik-teknik reboisasi yang bisa dilakukan untuk pemulihan (recovery) kondisi hutan mangrove yang sudah mengalami kerusakan.
Teknik yang ditemukan adalah tentang bagaimana cara persemaian bibit dan penanaman mangrove. Selain itu, diterbitkan juga buku panduan penanaman mangrove. Hasil yang dicapai pada tahap ini adalah penentuan model pengelolaan hutan mangrove lestari, penerbitan beberapa buku seperti; buku panduan (guide book) persemaian bibit dan penanaman mangrove, buku-buku yang berkaitan dengan mangrove, dan reboisasi atau penanaman mangrove seluas 253 hektar di kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA).
Usaha reboisasi hutan mangrove yang telah dilakukan oleh The Mangrove Information Center memiliki  arti yang sangat penting bagi masyarakat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung karena persediaan untuk konsumsi oksigen sudah tersedia di tempat ini dan meningkatkan rasa aman dari bencana tsunami bagi masyarakat yang berdekatan dengan hutan mangrove tersebut. Selain itu, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya pelestarian hutan mangrove semakin meningkat. Ini dibuktikan dengan semakin banyaknya sekolah-sekolah (dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi) dan industri pariwisata dengan secara sukarela untuk ikut serta menanam pohon mangrove di beberapa tempat seperti di kawasan konservasi The Mangrove Information Center dan Pulau Serangan yang bibit-bibit pohon mangrovenya disediakan oleh pihak The Mangrove Information Center. Usaha lain yang dilakukan oleh The Mangrove Information Center untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan adalah dengan membuka kegiatan wisata alam (ecotourism) sehingga masyarakat dapat melihat, menikmati dan berinteraksi dengan lingkungan secara langsung di kawasan hutan mangrove tersebut.
Penulis, dosen di AKPAR Triatmajaya-Dalung, Alumni PPS Kajian Pariwisata Universitas Udayana.

Jumat, 04 November 2011

Hijaukan Bumi Kita….


BUMI BICARA
kekeringan di muka bumi ini sudah menjadi keluhan bagi semua masyarakat indonesia.Banyak hal yang menjadikan kenapa Bumi kita ini kekeringan seperti ini,dan banyak pula dampak dari kekeringan ini,terkadang aku bertanya ” Apakah Bumi ini marah?”. Itu hanya pertanyaanku,dan di artikel ini aku akan mengungkapkan tentang “Bumiku Bicara”.

“Sudah lama aku tak bicara,dan saatnya aku bicara”. Mungkin kata-kata itu cocok untuk menggambarkan keadaan bumi kita saat ini. Musim sudah tak tentu,udara tak sejuk,pepohonan tak ada di kota,bahkan Hutanpun sudah hilang.Tanpa kita sadari sebenarnya itu semua adalah Oksigennya Bumi , tanpa mereka,Bumi tak bisa bernafas dan yang ada saat ini hanyalah Volume Kendaraan yang semakin bertambah,Polusi meracuni udara,Sampah dimana-mana,dan Api merajalela.Dan itu semua adalah Sesak Nafas Untuk Bumi kita.

Inilah keadaan bumi kita saat ini,dia merasa sakit,karena perbuatan kita sebagai manusia….
Ibarat istilah,, Ayam saja sebagai hewan menyambut pagi bumi dengan suara semangatnya,,tetapi mengapa kita sebagai manusia yang mempunyai akal menyambut pagi bumi dengan polusi kendaraan.Dan “Mengapa Negara kita sering terjadi bencana dimana-mana ???”. Jawabanku hanya satu… “Yaitu karena bumi kita sedang marah”.

Introspeksi diri itu penting,dan Memperbaiki sikap itu lebih sulit daripada mengasah ilmu pengetahuan . Perbaikilah sikap kita, jika kita terus-menerus bertindak seperti ini yang ada mungkin kita akan kehilangan Bumi kita yang indah ini.
Andai Bumi itu bisa bicara , ia akan berkata: ” Lebih baik aku di ciptakan menjadi Planet lain yang tak berpenghuni,,Daripada aku di ciptakan dengan banyak penghuni,Tetapi aku di sakiti”.
Sedih hatiku melihat keadaan bumiku saat ini,dan yang Lebih nyirisnya ketika aku tau para petinggi di daerah telah membunuh para binatang hanya untuk pembangunan gedung,Padahal jika dia tau bahwa kita sama-sama hidup di bumi ini,,Baik manusia,hewan,ataupun tumbuhan,tetapi kenapa mereka membunuhnya….

Dan banyak pula binatang terlantar di dalam kebun binatang,para binatang tersebut kelaparan dan kehausan . Tetapi “Mengapa tak pernah terfikirkan oleh mereka”.
Yang lebih jelas lagi dari cuaca di bumi kita ini, Cuaca pun tak tentu menghiasi bumi kita ini tahun 2010 cuaca di Indonesia lebih dominan pada musim hujan,dan pada tahun 2011 cuaca di negara Indonesia lebih dominan pada musim kemarau,bahkan banyak dampak yang di rasakan oleh semuanya,tidak hanya manusia bahkan Hewan,tumbuhan,tanah pun merasakannya.
Masyarakat kekeringan air,Petani gagal panen karena tak ada air,Hewan kehausan dan kelaparan dan tanah pun menjadi terpecahseperti gempa..

Aku sering berfikir : “Mungkinkah ini tanda akhir dari kehidupan”. Dan aku yakin ini tak akan terjadi jika kita sebagai manusia ingin mencintai bumi,Memberi kesehata pada bumi. Bukan hanya diri kita yang harus kita jaga,tetapi bumi kita juga harus kita jaga…Karena pepatah mengatakan “Bumi Sehat Manusia Sehat “. Artinya jika bumi kita sehat,indah,bersih Maka kita pun akan nyaman… Tetapi jika Bumi kita Sudah Sakit,,Maka kita pun tak akan nyaman tinggal di bumi ini…
Karena di Bumi ini kita di lahirkan… Di Bumi ini kita besarkan…. dan Di Bumi ini kita mendapat pengetahuan…Oleh karena itu aku berharap Marilah kita perbaiki Bumi kita ini , Tak ada kata Terlambat Terlambat untuk bisa baik ,dan tak ada kata Tidak Mungkin untuk bisa Sukses dan Indah…. untuk memperbaiki hal yang buruk,,Tak ada kata
CINTAILAH BUMI …..

SEHATKANLAH DIA……


copyright from  : http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/10/12/hijaukan-bumi-kita/

Kamis, 03 November 2011

Ciri-Ciri Lingkungan Sehat dan Lingkungan tidak Sehat

A. Ciri-Ciri Lingkungan Sehat dan Lingkungan tidak Sehat

Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat membutuhkan udara untuk bernapas. Udara yang dihirup mengandung oksigen. Udara yang kita perlukan untuk bernapas adalah udara yang bersih. Udara yang bersih banyak mengandung oksigen. Selain udara, manusia membutuhkan air untuk mandi, minum, dan memasak. Kamu memeroleh udara dan air dari lingkungan sekitarmu. Oleh karena itu, kamu harus selalu menjaga lingkungan sekitarmu agar kamu mendapat air dan udara yang bersih dan segar.

1. Lingkungan Sehat

Pernahkah kamu berjalan-jalan bersama ayah dan ibumu ke luar kota yang jauh dari keramaian? Kamu akan merasakan udara di sekitar tempat itu sangat segar dan bersih. Udara yang bersih itu banyak mengandung oksigen yang baik bagi tubuh kita. Udara yang bersih dapat kamu peroleh di rumah. Ketika bangun pagi, hiruplah udara di halaman rumahmu, kemudian rasakan udara yang masuk ke dalam paru-parumu. Terasa nyaman dan segar, bukan?


Mungkin, di halaman rumahmu banyak tanaman. Oksigen yang dihasilkan oleh tanaman tersebut akan banyak. Udara di sekitarnya akan terasa nyaman dan segar. Adakah sungai atau parit di sekitar rumahmu? Apakah sungai dan parit tersebut penuh sampah? Air sungai yang sehat adalah air sungai yang bersih dan jernih. Tidak ada sampah yang berserakan. Biasanya, masih ada ikan yang hidup di sungai itu. Parit di rumahmu harus selalu dibersihkan. Jangan ada sampah yang menyumbat aliran airnya. Parit yang sehat harus jernih dan bersih.

2. Lingkungan Tidak Sehat

Sekarang banyak lingkungan yang tidak sehat di sekitar kita. Apakah penyebab hal tersebut? Lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang kotor. Lingkungan yang kotor berarti lingkungan tersebut sudah tercemar. Pencemaran lingkungan terbagi atas pencemaran air, udara, dan tanah

a. Pencemaran Air
Ayo, perhatikanlah parit dan sungai yang ada di sekitar rumahmu, bagaimana keadaannya? Apakah bersih? Pembuangan limbah sembarangan membuat parit, sungai, dan laut tercemar. Ikan-ikan banyak yang mati dan masyarakat di sekitar pun menanggung akibatnya. Pencemaran air dapat mengakibatkan aliran air terhambat. Jika hujan tiba, akan menimbulkan banjir. Ikan dan hewan lain yang ada di laut akan mati. Masyarakat sulit mendapat air bersih, akibatnya penyakit menyerang masyarakat. Lingkungan yang tidak sehat ditandai air yang kotor. Sungai yang airnya kotor sangat berbahaya jika digunakan untuk mandi, minum mencuci pakaian, dan mencuci alat memasak. Air yang kotor, jika diminum, dapat menyebabkan penyakit, seperti diare dan muntaber. Jika air yang kotor digunakan untuk mandi, akan menyebabkan penyakit kulit, seperti kudis dan gatal-gatal. Jika air di lingkungan rumahmu sudah tidak jernih lagi, perlu penyaringan atau penjernihan. 

b. Pencemaran Udara
Pernahkah kamu memerhatikan kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap knalpot? Asap tersebut, jika kamu hirup, akan terasa menyesakkan. Udara yang kamu hirup tersebut sangat berbahaya bagi tubuhmu. Asap yang berbahaya, seperti asap kendaraan bermotor, asap pembakaran sampah, dan asap pabrik, dapat membahayakan kesehatan tubuh. Bau yang tidak sedap pun, seperti sampah, parit yang kotor, dapat menyebabkan pencemaran udara. Asap kendaraan bermotor, asap pabrik, dan asap pembakaran sampah merupakan unsur pencemar udara. Pencemaran udara membuat napas kita menjadi sesak dan paru-paru pun dipenuhi oleh zat kimia yang merusak alat pernapasan.

c. Pencemaran Tanah
Selain air dan udara, pencemaran pun dapat terjadi di tanah. Tanah yang sudah tercemar kurang baik jika digunakan untuk bercocok tanam. Pencemaran tanah dapat disebabkan oleh pembuangan sampah, pemakaian pupuk yang berlebihan, dan penggunaan pestisida yang berlebihan.
  • 1) Pembuangan sampah
Sampah ada yang berupa sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik, yaitu sampah sisa-sisa makhluk hidup, seperti daun-daun yang kering. Adapun sampah nonorganik, yaitu sampah plastik, kaca, dan logam. Termasuk sampah apakah sampah di rumahmu? Sampah organik, jika diolah dengan baik, akan menghasilkan kompos. Akan tetapi, jika tidak diolah dengan baik, sampah-sampah itu akan membusuk dan menghasilkan gas yang disebut metana. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak cepat membusuk. Jika dibiarkan, sampah-sampah itu mencemari tanah. Untuk menguranginya, sampah-sampah ini harus didaur ulang menjadi barang baru. Kertas dapat didaur ulang dengan mudah. Adapun plastik, kaca, dan logam didaur ulang melalui proses yang panjang dan biaya yang mahal. Menurutmu, apa akibatnya jika sampah dibiarkan terus-menerus. Diskusikan bersama guru dan temanmu.

  • 2) Pemakaian pupuk yang berlebihan
Pemberian pupuk tanah, jika tidak sesuai dengan ukuran yang tepat, akan mencemari tanah. Tanah menjadi asam dan mematikan tumbuhan dan hewan yang ada di sekitarnya.

  • 3) Penggunaan pestisida yang berlebihan
Pestisida juga akan mencemari tanah jika digunakan secara berlebihan. Pemberian pestisida yang berlebihan akan membuat hewan yang menguntungkan ikut mati. Jika terbawa aliran air sampai ke sungai, akan mencemari air sungai.


Konsepsi Penanganan Sampah Tepadu



Mecermati aspek permasalahan dalam pengelolaan sampah, untuk itu upaya-upaya
yang harus dilakukan antara lain meliputi 
pemantapan kebijakan persampahan, penanganan sampah regional, memacu kearifan masyarakat terhadap fenomena persampahan, dan peningkatan teknologi ramah lingkungan.



1. Kebijakan PemerintahPermasalahan sampah perkotaan di Indonesia, telah muncul sejak dekade tahun
1990-an. Meski demikian, 
kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru
pada tahapan yang erat kaitannya dengan aspek teknis, yaitu: 
melakukan pengurangan
timbulan sampah dengan menerapkan konsep 3 R (
Reduce, Reuse dan Recycle), dengan harapan pada tahun 2025 tercapai “zero waste“. Padahal pada saat sekarang diperlukan kebijakan yang handal sebagai payung baik di tingkat pusat maupun daerah keterkaitannya dengan penanganan persampahan.

Pendekatan pengelolaaan persampahan yang semula didekati dengan wilayah
administrasi, dapat diubah dengan melalui pendekatan pengelolaan persampahan secara
regional. Pendekatan regional dimaksud dengan menggabungkan beberapa kota dan atau
kabupaten dalam pengelolaan persampahan. Hal tersebut sangat menguntungkan, karena
akan mencapai skala ekonomis baik dalam tingkat pengelolaan TPA, dan pengangkutan dari
TPS ke TPA. Berbagai prinsip yang perlu dilakukan dalam menerapkan pelaksanaan
pengelolaan persampahan secara regional ini adalah sebagai berikut:

(a). 
Menyusun peraturan daerah (Perda) bersama yang mengatur pengelolan persampahan.
Peraturan tersebut berisi berbagai hal dengan mempertimbangkan aspek hukum dan
kelembagaan, teknik, serta aspek keuangannya.
(b).
 Pemantapan kelembagaan dengan memisahkan peranan fungsi tupoksi yang jelas
antara pembuat peraturan, pengatur/pembina dan pelaksana (operator), hingga
optimalisasi kinerjanya dapat dievaluasi dan dinilai.

(c). 
Penetapan indikator kinerja berdasarkan aspek teknis, memberikan indikasi (1) seluruh
timbunan sampah akan diangkat ke TPA dalam waktu 24 jam, (2) teknik pengangkutan
sampah tidak menyebabkan pencemaran bau, (3) pengoperasian di TPA telah ditetapkan
sistemnya (contoh sistem sanitary landfill), dan (4) pemanfaatan sampah sebagai sumber
ekonomi melalui penerapan daur ulang, atau pemanfaatan untuk kompos.
(d).
 Adanya kesepakatan antar kabupaten/kota (regional) dalam kaitannya dengan restribusi
persampahan, hingga alokasi antara dana yang dibebankan oleh pemerintah dan
masyarakat berimbang.
 
2. 
Sosialisasi Penyadaran Masyarakat
Fenomena persampahan tampaknya bukan hal yang sederhana, karena sepanjang
ada kehidupan manusia permasalahan tersebut akan selalu timbul. Walaupun kebijakan
persampahan telah tersedia, ditambah dengan bentuk kelembagaannya, serta indikator
kinerja dan tetapan alokasi pendanannya baik yang bersumber dari 
APBD dan masyarakat,
tampaknya belum merupakan jaminan mantapnya pengelolaan sampah secara terpadu
berkelanjutan, apabila kesadaran masyarakat tidak dibangun. Hal tersebut mengingat bahwa
keberhasilan penanganan sampah sangat ditentukan oleh ”niat kesungguhan masyarakat”
yang secara sadar peduli untuk menanganinya. Atas dasar itulah pentingnya
sosialisasi
penyadaran masyarakat
 baik melalui jalur formal maupun informal yang antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:

(a). 
Penyadaran formal, diberikan kepada generasi muda di sekolah (SD, SLTP, dan SLA)
melalui pemantapan kegiatan ”Krida” mingguan.
(b). 
Penyadaran informal, diberikan kepada masyarakat dalam kaitannya penanganan
sampah berbasis kesehatan lingkungan, untuk itu perlunya (1) penyadaran masyarakat,
untuk menghargai terhadap alam lingkungannya, agar tidak lagi membuang limbah
domestik (sampah padat dan limbah cair) ke bukan tempatnya, dan (2) masyarakat
hendaknya mulai sadar dan berkiprah untuk memilah-milah sampah berdasarkan
jenisnya, guna menghindari sumber-sumber penyakit menular, sebagai akibat dari limbah
domestik yang cepat membusuk.

Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan Mulai Tunjukkan Hasil di AS



Di seluruh Amerika, perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi mulai melakukan perubahan dengan menggunakan sumber-sumber energi yang ramah lingkungan.
Salah satu tempat seperti itu adalah yang di dunia terkenal dengan nama Klinik Mayo di negara bagian Minnesota utara.
Dokter John Black yand duduk dalam Komisi Ramah Lingkungan Klinik Mayo mengatakan, “Klinik itu semakin terjangkau bagi siapa saja karena ramah lingkungan.”
Lebih lanjut, ia mengatakan, “Agar bisa terjangkau oleh siapa saja, dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan Klinik Mayo memungkinkan kami untuk menghemat biaya.”
Sebuah laporan yang dikeluarkan hari Rabu oleh Brookings Institution yang berkantor pusat di Washington menyebutkan keinginan untuk memilih energi ramah lingkungan juga membuahkan hasil. Lembaga itu mengatakan yang disebut “ekonomi ramah lingkungan” mempekerjakan 2,7 juta orang Amerika, memberi gaji yang lebih tinggi dan tidak mensyaratkan pendidikan tinggi.
Mark Muro, direktur Program Kebijakan Metropolitan di Brookings Institution mengatakan, “Secara keseluruhan pertumbuhan perusahaan-perusahaan seperti itu cukup cepat, tetapi segmen-segmennya tumbuh luar biasa cepatnya.”
Muro mengatakan Amerika berada pada posisi yang sangat baik untuk memetik manfaatnya.
“Pertumbuhan yang kita saksikan di sebagian segmen teknologi ramah lingkungan dan terbaharukan ini sangat meyakinkan dan diperkirakan berkembang cepat secara global, sehingga Amerika harus mulai menyokong industri-industri ini,” ujarnya lagi.
Namun, Ken Green, pakar lingkungan yang bekerja pada American Enterprise Institute, mengatakan pertumbuhan lapangan kerja yang ramah lingkungan belum cukup mendukung perekonomian yang sedang sulit ini.
Green mengatakan walaupun ada pendanaan yang lebih besar dan dukungan dari pemerintah, perusahaan-perusahaan ramah lingkungan, seperti kincir-kincir listerik tenaga angin, akan menghadapi kendala.
“Banyak lapangan kerja dalam industri ini diciptakan di Tiongkok dan Asia karena upah buruh yang rendah. Mereka punya peraturan lingkungan yang tidak terlalu ketat,” ujar Green.
Namun, Presiden Barack Obama telah menjanjikan akan mendorong pendanaan lebih besar, dan mengatakan Amerika perlu menjadi pemimpin dalam teknologi ramah lingkungan untuk menopang apa yang disebutnya “abad Amerika mendatang”.